BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Baja adalah logam paduan, logam besi sebagai unsur dasar dengan beberapa elemen lainnya, termasuk karbon. Kandungan unsur karbon dalam baja berkisar antara 0.2% hingga 2.1% berat sesuai grade-nya. Elemen berikut ini selalu ada dalam baja: karbon, mangan, fosfor, sulfur, silikon, dan sebagian kecil oksigen, nitrogen dan aluminium. Selain itu, ada elemen lain yang ditambahkan untuk membedakan karakteristik antara beberapa jenis baja diantaranya: mangan, nikel, krom, molybdenum, boron, titanium, vanadium dan niobium.[1] Dengan memvariasikan kandungan karbon dan unsur paduan lainnya, berbagai jenis kualitas baja bisa didapatkan. Fungsi karbon dalam baja adalah sebagai unsur pengeras dengan mencegah dislokasi bergeser pada kisi kristal (crystal lattice) atom besi. Baja karbon ini dikenal sebagai baja hitam karena berwarna hitam, banyak digunakan untuk peralatan pertanian misalnya sabit dan cangkul.
Penambahan kandungan karbon pada baja dapat meningkatkan kekerasan (hardness) dan kekuatan tariknya (tensile strength), namun di sisi lain membuatnya menjadi getas (brittle) serta menurunkan keuletannya (ductility).
Meskipun baja sebelumnya telah diproduksi oleh pandai besi selama ribuan tahun, penggunaannya menjadi semakin bertambah ketika metode produksi yang lebih efisien ditemukan pada abad ke-17. Dengan penemuan proses Bessemer di pertengahan abad ke-19, baja menjadi material produksi massal yang membuat harga produksinya menjadi lebih murah. Saat ini, baja merupakan salah satu material paling umum di dunia, dengan produksi lebih dari 1,3 miliar ton tiap tahunnya. Baja merupakan komponen utama pada bangunan, infrastruktur, kapal, mobil, mesin, perkakas, dan senjata. Baja modern secara umum diklasifikasikan berdasarkan kualitasnya oleh beberapa lembaga-lembaga standar.
Baja dikelompokkan dalam beberapa klarifikasi, yakni sebagai berikut :
1. Berdasarkan komposisi
· Baja karbon
· Baja paduan rendah
· Baja tahan karat
· Berdasarkan proses pembuatan
· Tanur baja terbuka
· Dapur listrik
· Proses oksidasi dasar
2. Berdasarkan bentuk produk
· Pelat batangan
· Tabung
· Lembaran
· Pita
· Bentuk struktural
3. Berdasarkan struktur mikro
· Feritik
· Perlitik
· Martensitik
· Austenitik
4. Berdasarkan kegunaan dalam konstruksi
· Baja Struktural
· Baja Non-Struktural
Perumusan Masalah
Pada praktek kerja baja yang berlangsung di bengkel teknik sipil pada semester II ini, pekerjaan yang dilakukan meliputi :
1. Menggunakan las listrik.
2. Menggunakan Las oksi-Asetilen.
1.2. Tujuan dan Manfaat
Adapun tujuan dari penyusunan laporan ini adalah :
1. Agar kita mengetahui prinsip-prinsip pekerjaan baja dengan baik.
2. Agar kita mengetahui langkah kerja yang benar dan baik dalam suatu pekerjaan pengelasan.
Adapun laporan ini telah disesuaikan dengan teori yang telah dipelajari pada praktek kerja baja dan juga dari praktek yang telah dilakukan selama tujuh hari terhitung dari tanggal 11 Februari 2014 s/d 18 Februari 2014.
Selain dari keterangan diatas dalam praktek pekerjaan bengkel baja ini kita harus mengetahui point-point penting dalam praktek kerja baja, antara lain :
- Tegak - Rapi
- Lurus - Tepat ukuran
- Datar - Siku
Untuk mencapai point-point diatas bisa dilakukan dengan menggunakan alat yang tersedia atau hanya menggunakan indera penglihatan ( secara visual ).
Sebelum memulai pekerjaan baja setiap individu haruslah mempunyai keterampilan dasar dan pengelasan dilakukan dengan memperhatikan hal-hal sebagai berikut :
1. Las listrik
a. Memperhatikan jarak antara elektroda dengan objek (benda)
b. Memperhatikan sudut busur pada saat mengelas
c. Posisi pada saat mengelas
d. Tidak bercanda gurau pada saat proses pengelasan berlangsung
e. Melakukan gerakan dan posisi pengelasan dengan benar
2. Las Asetilen
a. Mengatur api yang dihasilkan.
b. Memperhatikan pembakaran pada saat mengelas.
c. Menyalakan api las gas dengan benar,
d. Mengoperasikan pembakaran dengan benar,
1.3. Jenis Pelaksanaan
1.3.1. Las Listrik
Las listrik adalah salah satu cara menyambung logam dengan jalan menggunakan nyala busur listrik yang diarahkan ke permukaan logam yang akan disambung. Pada bagian yang terkena busur listrik tersebut akan mencair, demikian juga elektroda yang menghasilkan busur listrik akan mencair pada ujungnya dan merambat terus sampai habis. Logam cair dari elektroda dan dari sebagian benda yang akan disambung tercampur dan mengisi celah dari kedua logam yang akan disambung, kemudian membeku dan tersambunglah kedua logam tersebut.Mesin las busur listrik dapat mengalirkan arus listrik cukup besar tetapi dengan tegangan yang aman (kurang dari 45 volt). Busur listrik yang terjadi akan menimbulkan energi panas yang cukup tinggi sehingga akan mudah mencairkan logam yang terkena. Besarnya arus listrik dapat diatur sesuai dengan keperluan dengan memperhatikan ukuran dan type elektrodanya.
Pada las busur, sambungan terjadi oleh panas yang ditimbulkan oleh busur listrik yang terjadi antara benda kerja dan elektroda. Elektroda atau logam pengisi dipanaskan sampai mencair dan diendapkan pada sambungan sehingga terjadi sambungan las. Mula-mula terjadi kontak antara elektroda dan benda kerja sehingga terjadi aliran arus, kemudian dengan memisahkan penghantar timbullah busur. Energi listrik diubah menjadi energi panas dalam busur dan suhu dapat mencapai 5500 °C. Las listrik di bagi atas 3 jenis yakni :
1. Mesin las arus bolak-balik (Mesin AC)
yaitu mesin las yang menggunakan arus AC atau arus bolak –balik.
2. Mesin las arus searah (Mesin DC)
yaitu mesin las yang menggunakan arus DC atau arus searah.
3. Mesin las ganda (Mesin AC-DC)
Mesin las ini mampu melayani pengelasan dengan arus searah (DC) dan pengelasan dengan arus bolak-balik.
Tempat Download (Bab I s/d Bab V)
0 komentar:
Post a Comment
Silahkan comment di blog ini jika terdapat link rusak, dan juga saran2 nya agar blog ini lebih baik :)